Rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sebesar Rp1.500 per liter pada 1 April mendatang bakal berdampak dan menimbulkan efek domino naiknya harga barang. Untuk itu, kenaikkan harga BBM itu juga akan berpengaruh terhadap biaya operasional perusahaan.
Wakil Direktur Utama PT Pan Brothers Tbk (PBRX), Anne Patricia Sutanto, mengatakan, pemerintah boleh menaikkan harga BBM. Namun, Anne mensyaratkan kenaikkan harga BBM itu harus dibarengi dengan penyaluran subsidi yang tepat sasaran.
"Meningkatkan harga BBM boleh, tapi subsidinya harus jelas, untuk meningkatkan transportasi publik, infrastruktur, subsidi untuk bahan bakar transport publik," kata Anne, ketika ditemui wartawan di kantornya, Jakarta.
Bagi perusahaannya, lanjut Anne, kenaikkan harga BBM memang akan berpengaruh terhadap pembengkakan biaya operasional. Namun, efek dari kenaikan tersebut tidak akan terlalu besar karena hanya akan menyebabkan biaya bahan baku yang lebih mahal.
"Efeknya tidak banyak. Untuk energi kami pakai PLN, listrik juga tidak besar pemakaiannya," ungkapnya.
Perseroan justru melihat, dampak kenaikan harga BBM bersubsidi justru akan berpengaruh positif terhadap iklim bisnis jika kondisi infrastruktur diperbaiki. Misalnya, pelabuhan yang lebih baik sehingga aktifitas ekspor dan impor lebih efektif dan efisien.
"Kita harus punya kemudahan bertransaksi, bea cukai masih kuno, sistem masih sering bermasalah, transportasi masal kita parah, sistem sudah ada tapi memelihara tidak bisa," ujarnya.
Di bidang lain, Anne menilai, faktor BBM bukanlah penyebab utama masyarakat mau memilih menggunakan angkutan umum. Selama ini, sistem angkutan umum sebetulnya sudah lebih baik, sayangnya pemerintah tidak mampu memelihara fasilitas umum itu.
"Kami tidak perlu kemewahan tapi ketertiban, KRL sudah ada, tinggal memeliharanya," kata dia. (eh)
• VIVAnews