BBM di Android, Solusi atau 'Bunuh Diri'?
18 September 2013, 09:45:39 Dilihat: 351x

Ahmad Luthfi - Okezone
JAKARTA - Beberapa kalangan menilai BlackBerry (BB) tinggal menunggu 'ajal kehancuran'. Meluncurnya fitur BlackBerry Messenger (BBM) di platform Android nanti disebut-sebut karena BlackBerry harus memiliki 'strategi inovasi' baru untuk mempertahankan perusahaan dari kemerosotan pendapatan atau kebangkrutan.
Website Watchmywallet pada pertengahan Agustus melaporkan, saham BlackBerry dihentikan untuk waktu yang singkat di New York Stock Exchange, karena salah satu staf senior mengundurkan diri. Perusahaan juga disiapkan untuk dijual.
Awal September muncul kabar, BlackBerry akan dilelang pada November mendatang. Beberapa pemain keuangan di Kanada dan Amerika Serikat (AS), seperti Canada Pension Plan Investment Board dan Bain Capital disebut-sebut akan mempertimbangkan tawaran untuk membeli BlackBerry. Juga, raksasa teknologi asal Asia termasuk Lenovo.
Kondisi BlackBerry yang semakin 'jatuh' ini mengakibatkan penurunan pangsa pasar. Hal ini dipertegas berdasarkan data yang dirilis International Data Corporation (IDC) pada 4 September 2013, BlackBerry hanya memperoleh 2,7 persen, dan diperkiran pada 2017 hanya memperoleh 1,7 persen pangsa pasar secara global.
Lalu, mengapa di Indonesia pengguna handset buatan perusahaan asal Waterloo, Kanada ini masih terus menjamur? Praktisi IT, Michael S. Sunggiardi mengatakan, di Indonesia, selain penggunanya yang paling besar, masyarakat lebih akrab dengan tombol kunci (keypad) bergaya 'QWERTY'.
"BlackBerry teorinya bangkrut, tetapi di Indonesia populer. Pengguna BB di Indonesia paling besar, di luar negeri BB sudah enggak dipakai," tuturnya kepada Okezone melalui percakapan telefon, Selasa (17/9/2013). Meskipun demikian, dengan adanya keypad khas, bentuk handset yang kecil, pengguna bisa memanfaatkannya untuk aktivitas chatting lebih mudah serta dianggap aman (secure), karena jaringannya berpusat di Kanada.
"Sampai hari ini, mereka (pengguna) memiliki teman-teman yang pakai Android, bosnya (bagi pekerja) pakai, semua pakai," katanya. Hal ini menyebabkan BB sulit ditinggalkan, karena mayoritas para relasi atau kerabat masih banyak yang pakai BB.
Michael lebih lanjut mengungkapkan, handset BB dahulu menjadi kebanggaan Research In Motion (RIM) di Kanada. BB mengunggulkan fitur chatting yang secure. Akan tetapi, kini pamor Android semakin meningkat dengan kehadiran aplikasi sejenis seperti We Chat, Line, Kakao Talk dan lain-lain.
Bedanya, menurut Michael, bila aplikasi Chatting yang nongol di sistem operasi (OS) robot hijau tersebut apabila hilang koneksi internet, maka tidak bisa mengirim pesan. Maka, BlackBerry masih memungkinkan untuk terkirim (pending), setelah koneksi internet atau data terhubung kembali.
Perkembangan atau nasib BlackBerry ke depan menurutnya akan sulit diprediksi, sebab teknologi itu dinamis. Adanya OS yang kini tampak lebih populer seperti Android, iOS serta Windows Phone dianggap sebagai platform tandingan yang akan sulit dikejar, kecuali perusahaan melakukan terobosan, salah satunya dengan membuat pengguna Android juga bisa mencicipi fitur BBM.
"Secara teori BB (enggak mungkin ditutup), jumlah pengguna banyak. (Namun), fitur akan mentok. Tidak ada pengembangan. Persis OS Symbian dahulu. Harus ada inovasi, ikuti perkembangan zaman," pungkasnya. (ahl)
Share:

UN Videos

Java Coffee Culture and Festival Peneleh 2024
Rapat Terbuka Senat dalam rangka Wisuda Sarjana ke - 56 dan Magister ke - 44
Wisuda Sarjana Ke 54 dan Magister Ke 42 Universitas Narotama

UN Cooperation

De Montfort Leicester University Alexandria University Chiang mai university Derby University
 
Essex I Coe Rel UTHM ICOGOIA University Malaysia PAHANG Universiti Utara Malaysia
 
National University Kaohsiung Taiwan Politeknik Sultan Mizan Zainal Abidin Prince Sultan University Quest Nawab Shah Pakistan Universiti Teknologi MARA
 
Universiti Kebangsaan Malaysia Universiti Malaysia Kelantan Universiti Malaysia Perlis Universiti Zainal Abidin Universiti Sains Malaysia
 
Universiti Pendidikan Sultan Idris Erasmus

 

INTAKINDO PT. Aria Jasa Konsultan Bumi Harmoni Indoguna Cakra Buana Consultan Ciria Jasa Consultant
 
Internasional Peneliti Sosial Ekonomi Teknologi PT. Jasa Raharja NOKIA INKINDO MASKA
 
Surabaya TV PT. Amythas General Consultant
 
       

 

Perkumpulan Ahli dan Dosen Republik Indonesia IT Telkom Surabaya Institut Aditama Surabaya Institut Teknologi Nasional Malang
 
Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya Politeknik Negeri Malang Universitas Pakuan Universitas Nasional Kualita Pendidikan Indonesia
 
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Politeknik Negeri Bali Sekolah Tinggi Agama Islam Salahuddin Pasuruan
 
Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul `Ula Nganjuk Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Al Anwar Mojokerto STIE NU Trate Gresik Sekolah Tingi Ilmu Ekonomi Widya Gama Lumajang Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yapan Surabaya
 
STIE Pemuda STIKOSA STKIP PGRI Bangkalan STKIP PGRI Jombang STKIP PGRI Sidoarjo
 
STT Pomosda Nganjuk UINSA Universitas Mercu Buana Universitas Airlangga Universitas Darul `Ulum Jombang
 
Universitas Negeri Surabaya Universitas Brawijaya Malang Teknik Sipil Universitas Negeri Surabaya Universitas PGRI Adi Buana Surabaya UNIPDU
 
UNISLA UNISMA Universitas 45 Bekasi Universitas Dr.Soetomo UNITRI
 
Universitas 45 Surabaya Universitas Bondowoso Universitas Islam Madura Pamekasan Universitas Jember Universitas Maarif Hasyim Latif
 
Universitas Madura Universitas Merdeka Surabaya Universitas Bina Darma Universitas Wijaya Putra Universitas Padjajaran
 
Universitas Muhammadiyah Malang Universitas Muhammadiyah Papua Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Universitas Muhammadiyah Surabaya Universitas Negeri Malang
 
Universitas Islam Raden Rahmat Universitas Widyagama Malang Universitas Pembangunan Nasional Veteran Surabaya UWIKA Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
 
UNIVERSITAS SUNAN BONANG TUBAN Universitas 17 Agustus Surabaya UNUGIRI Bojonegoro Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
 
Akademi Pariwisata Majapahit  

 

Copyright (c) 2025 by UN | Universitas Narotama, All Rights Reserved.