Malware di WhatsApp, Bukti Tak Ada Pesan Instan Terjamin Aman
31 Mei 2019, 09:00:02 Dilihat: 320x

Pengguna WhatsApp sempat dihebohkan dengan serangan malware yang menyerang fitur panggilan suara. Spyware dilaporkan bisa menembus ponsel melalui fitur panggilan suara, bahkan ketika pengguna tidak menjawab panggilan telepon (missed call).
Namun, tak banyak pengguna yang mengetahui tanda-tanda akun WhatsApp mereka terkena serangan malware.
Pengamat keamanan siber dari Communication Information System Security Research Center (CISSReC) Pratama Persadha menuturkan bahwa secara umum malware tidak terlihat karena masuk dengan cara `sembunyi-sembunyi`.
"Sebenarnya kalau kita lihat secara general tidak kelihatan karena malware yang masuk ke dalam ponsel kita ini hidden [tersembunyi]," ujar Pratama saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (17/5).
Ia mengatakan secara aplikasi, malware yang menginfeksi tidak akan terlihat. Bahkan ketika dicek menggunakan system processing tetap tidak bisa lantaran kerap menyamar di dalam ponsel.
Pratama pun membeberkan beberapa ciri ketika akun WhatsApp terinfeksi serangan malware seperti ponsel akan terasa hangat hingga panas ketika sedang tidak digunakan. Artinya malware itu bekerja terus menerus.
Selain itu, ketika pengguna memasang paket data atau internet selama sebulan namun menjelang dua minggu pemakaian, paket data itu cepat habis walaupun penggunaan data internet tidak sering.
"Selain kuota, ponsel ini juga rasanya jadi lambat sekali jadi kalau kita mau gunakan untuk apa-apa itu lambat. Padahal tidak ada aplikasi yang bekerja di background, artinya memang malware sedang bekerja untuk mengumpulkan data-data kita," jelasnya.
Malware di aplikasi terenkripsi
Pratama menjelaskan malware yang menginfeksi aplikai terenkripsi terjadi ketika seseorang melakukan percakapan melalui WhatsApp, malware akan mulai bekerja ketika orang itu melakukan percakapan tak hanya melalui fitur panggilan suara.
Menurut dia, saat end-to-end encryption dihadapkan dengan adanya serangan malware, sistem itu tidak akan berfungsi.
"Beda cerita kalau yang diinjeksi adalah ponsel, kalau diinjeksi ponsel semuanya bisa diambil. Kita ngetik saja semua sudah bisa diambil oleh si pembuat malware itu, jadi tidak ada aman-amannya," tutur Pratama.
Menyoal alasan dibalik pembuat malware menyasar WhatsApp, Pratama menilai peretas telah mengetahui kelemahan WhatsApp.
Kendati diklaim aman, ia beranggapan tidak ada sistem komunikasi aplikasi pesan instan seperti WhatsApp, Line, Telegram, hingga Facebook Messenger yang benar-benar terjamin keamanannya.
"Karena yang diketahui kelemahannya adalah WhatsApp, jadi prinsipnya tidak ada sistem komunikasi yang benar-benar aman. Nah kita tidak tahu juga yang menggunakan Line aman atau tidak, atau menggunakan Facebook Messenger apakah itu aman? Belum tentu juga karena belum terpublikasikan sehingga kita tidak tahu," jelasnya.
Senada, praktisi dan pemerhati Information & Communication (ICT) & Ekonomi Kreatif Hasnil Fajri mengatakan ciri-ciri akun WhatsApp terkena infeksi malware selain menyebabkan ponsel cepat panas, paket data/internet cepat habis dan performa ponsel melambat.
Salah satu tanda yang juga harus diperhatikan ialah saat seseorang melakukan panggilan telefon, tak sampai satu menit panggilan itu putus dan seringkali terjadi.
"Sering sekali kita komunikasi tiba-tiba cepat putus, baru semenit putus. Itu dugaannya yang pertama jaringan, tapi kalau sering itu kemungkinan kena malware," kata Hasnil.
Perbarui aplikasi
Agar terhindar dari terinfeksi malware, Pratama mengimbau pengguna WhatsApp untuk rajin memperbarui aplkasi ke versi teranyar. Disamping itu, ia juga mengimbau pengguna untuk memasang anti-virus khusus ponsel.
"Belum tentu juga [aman], pasti pembuat malware akan terus berusaha cari celah keamanannya. Kalau kita tidak yakin bahwa ponsel tidak benar-benar aman, kita reset ponsel semua malware akan otomatis kehapus semua setelah itu kemudian kita install aplikasi yang paling terbaru," pungkas Pratama.
Sementara itu, Hasnil mengatakan pembuat malware bisa menyasar orang awam atau target tertentu sesuai permintaan. Untuk itu, ia mengimbau pengguna WhatsApp menyematkan sistem anti-virus demi mencegah serangan malware secara masif.
"Seringkali kita tidak melakukan tindakan keamanan di ponsel, tidak semua orang paham padahal yang sederhana ada fitur setting yang ada di Android. Kebanyakan orang Indonesia, pasti tidak melakukan," jelas Hasnil.
Sumber: CnnIndonesia
Share:

UN Videos

Java Coffee Culture and Festival Peneleh 2024
Rapat Terbuka Senat dalam rangka Wisuda Sarjana ke - 56 dan Magister ke - 44
Wisuda Sarjana Ke 54 dan Magister Ke 42 Universitas Narotama

UN Cooperation

De Montfort Leicester University Alexandria University Chiang mai university Derby University
 
Essex I Coe Rel UTHM ICOGOIA University Malaysia PAHANG Universiti Utara Malaysia
 
National University Kaohsiung Taiwan Politeknik Sultan Mizan Zainal Abidin Prince Sultan University Quest Nawab Shah Pakistan Universiti Teknologi MARA
 
Universiti Kebangsaan Malaysia Universiti Malaysia Kelantan Universiti Malaysia Perlis Universiti Zainal Abidin Universiti Sains Malaysia
 
Universiti Pendidikan Sultan Idris Erasmus

 

INTAKINDO PT. Aria Jasa Konsultan Bumi Harmoni Indoguna Cakra Buana Consultan Ciria Jasa Consultant
 
Internasional Peneliti Sosial Ekonomi Teknologi PT. Jasa Raharja NOKIA INKINDO MASKA
 
Surabaya TV PT. Amythas General Consultant
 
       

 

Perkumpulan Ahli dan Dosen Republik Indonesia IT Telkom Surabaya Institut Aditama Surabaya Institut Teknologi Nasional Malang
 
Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya Politeknik Negeri Malang Universitas Pakuan Universitas Nasional Kualita Pendidikan Indonesia
 
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Politeknik Negeri Bali Sekolah Tinggi Agama Islam Salahuddin Pasuruan
 
Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul `Ula Nganjuk Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Al Anwar Mojokerto STIE NU Trate Gresik Sekolah Tingi Ilmu Ekonomi Widya Gama Lumajang Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yapan Surabaya
 
STIE Pemuda STIKOSA STKIP PGRI Bangkalan STKIP PGRI Jombang STKIP PGRI Sidoarjo
 
STT Pomosda Nganjuk UINSA Universitas Mercu Buana Universitas Airlangga Universitas Darul `Ulum Jombang
 
Universitas Negeri Surabaya Universitas Brawijaya Malang Teknik Sipil Universitas Negeri Surabaya Universitas PGRI Adi Buana Surabaya UNIPDU
 
UNISLA UNISMA Universitas 45 Bekasi Universitas Dr.Soetomo UNITRI
 
Universitas 45 Surabaya Universitas Bondowoso Universitas Islam Madura Pamekasan Universitas Jember Universitas Maarif Hasyim Latif
 
Universitas Madura Universitas Merdeka Surabaya Universitas Bina Darma Universitas Wijaya Putra Universitas Padjajaran
 
Universitas Muhammadiyah Malang Universitas Muhammadiyah Papua Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Universitas Muhammadiyah Surabaya Universitas Negeri Malang
 
Universitas Islam Raden Rahmat Universitas Widyagama Malang Universitas Pembangunan Nasional Veteran Surabaya UWIKA Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
 
UNIVERSITAS SUNAN BONANG TUBAN Universitas 17 Agustus Surabaya UNUGIRI Bojonegoro Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
 
Akademi Pariwisata Majapahit  

 

Copyright (c) 2025 by UN | Universitas Narotama, All Rights Reserved.